Belum lama saya menulis catatan seputar grit yang merupakan
salah satu nilai positif yang perlu ditingkatkan konsentrasinya dalam diri
untuk dapat dijadikan modal dalam upaya mencapai goal yang telah kita
tetapkan dalam hidup.
Kali ini, terinspirasi dari pengalaman di pekan ini, yang
saya temukan dalam kegiatan pengujian IT sistem yang sedang dalam proses
pengembangan di instansi tempat saya bertugas, saya menemukan istilah yang
cukup memancing perhatian, kami menyebutnya blocker.
Dalam dunia pengembangan sistem, istilah blocker merujuk
pada masalah yang kita temui selama pengembangan atau pengujian system yang
tidak memungkinkan kita untuk melakukan pengembangan atau pengujian lebih
lanjut. Sementara di speutar manajemen proyek, blocker diartikan sebagai
segala sesuatu yang sepenuhnya mencegah kemajuan terjadi dalam suatu proyek. Blocker
dalam proyek bisa berarti seseorang, sesuatu dan dapat bersumber dari
lingkungan internal atau eksternal. Blocker menghentikan keseluruhan
proses dan memerlukan perhatian segera untuk ditemukan solusinya jika
benar-benar ingin mencapai tujuan.
Kembali pada cara kita mengelola diri, apakah ada kemungkinan isu blocker menghalangi kemajuan atau pencapaian tujuan kita sebagai individu?
Hasil sarapan saya pagi ini di bebeapa situs yang mengusung
tema psikologi mempertemukan saya dengan topik mental block. Mengacu
pada definisi dalam dictionary.cambridge.org, kita disebut memiliki mental
block ketika tidak dapat memahami sesuatu atau tidak dapat melakukan
sesuatu dikarenakan pikiran kita mencegahnya.
Sementara itu, dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Imani Campbell dan dimuat di situs Sage Neuroscience Centre, berjudul "Overcoming Mental Blocks", mental block diartikan sebagai kondisi ketika otak kita menemukan
penghalang dalam mengakses kreativitas, motivasi, atau produktivitas.
Penyebab kita tidak dapat berpikir jernih dapat diakibatkan
oleh beberapa hal, misalnya kurang tidur dalam waktu yang lama, tidak cukup
mengonsumsi makanan bernutrisi, defisiensi vitamin B12 atau akibat konsumsi
obat yang rutin dalam jangka waktu panjang atau penyalahgunaan obat. Kebiasaan menyelesaikan tugas mendekati batas
tenggat waktu atau tuntutan kerja, termasuk menghadapi orang-orang atau kondisi lingkungan
yang memicu kekhawatiran tingkat tinggi dan berujung pada tingkat stres yang tinggi
juga bisa menimbulkan mental block. Lalu bagaimana jika kita sendiri
mengalami hal yang serupa? Jika diri kita diibaratkan sebagai sebuah IT system,
apakah kita perlu me-reset pikiran kita sebelum bisa memulai lagi proses
berpikir yang produktif?
Beberapa sindrom yang mungkin pernah kita alami dan berujung pada mental block diantaranya:
Imposter Syndrome
Jika kita pernah merasa takut bila orang lain memandang kita
tidak memiliki kualifikasi yang pantas untuk menduduki suatu posisi di lingkungan
kerja, saat itu kita mengalami imposter syndrome. Untuk mengatasi
sindrom ini, kita bisa terus menggaungkan pikiran positif bahwa jika kita
memang telah terpilih untuk posisi tersebut, pastilah ada sisi positif dari
diri kita yang memang layak menjadi dasar pemilihan kita oleh pihak-pihak yang berwenang
melakukan recruitment.
Decision Fatigue
Cara sederhana yang dapat dilakukan untuk mengurai kebuntuan
proses berpikir adalah dengan menyederhanakan beberapa pilihan sehingga kita
tidak perlu memikirkannya dengan serius. Misalnya, siapkan pakaian kerja dan
kostum anak untuk ke pesta besok sore di malam sebelumnya, dan memilih menu
sarapan dan makan siang yang senada sesekali harus kita toleransi. Demikian
juga, memangkas rencana yang tidak menjadi keharusan atau prioritas semacam
menghabiskan waktu dengan ke bioskop di malam hari bisa dialihkan ke hari yang
lain. Pembuatan rencana yang disederhanakan dan dilakukan tidak dalam satu
waktu ini memberikan kesmepatan kepada kita untuk terhindar dari kekhawatiran
yang tidak perlu plus bisa mengalihkan perhatian kita untuk dapat fokus ke hal
lain yang lebih penting.
Kurang lebih demikianlah sarapan pagi saya hari ini 😊, mungkin bukan hanya saya yang pernah mendapat pengalaman menghadapi mental block dalam keseharian. Bisa jadi kita senasib meski kadar blocker dalam diri kita mungkin tak setara. Smoga catatan kecil ini bisa menjadi pengingat diri untuk mengarungi hari ini dengan pikiran yang lebih terbuka bebas dari mental block. Have a nice day..
pranala:
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/mental-block
https://sageclinic.org/blog/overcoming-mental-blocks/