Masa itu akhirnya tiba juga. Masa-masa ketika seorang Ibu
seperti saya yang kangen ngobrol bareng anak gadisnya, tapi tertunda gegara sang
gadis sedang sibuk-sibuknya di kantor. Sudah beberapa bulan sejak sulung saya mulai
belajar mandiri, dan dia teridentifikasi makin sibuk saja, terkadang sapa
menyapa dengannya pun hanya berlangsung via beberapa baris kata di chat aplication.
Begitu mahalnya waktu bersama. Kalau bukan
sependek pertemuan pasca makan malam di rumah, waktu saya bertemu dia hanya di
akhir pekan dengan catatan saya atau dia tidak ada jam lembur atau tidak ada
kegiatan lain di luar rumah. Rencana-rencana semisal ke salon atau spa
bareng pun akhirnya tinggal wacana.
Kadang ya, saya membayangkan sesekali bisa
duduk semeja saat makan siang dengannya. Sekedar berbagi menu atau secangkir
kopi, sembari ngobrol kesana sini topik-topik yang saya tau kami berdua
menyukainya. Tapi karena jarak kantor yang berjauhan, itu jelas tak mungkin. Berkirim
chat pun ada batasnya, entah dia atau saya kadang terlambat atau bahkan
lupa membalas. Jadilah kadang, jika percobaan chat saya tak berbalas lancar,
saat istirahat makan siang, alih-alih
saya ngobrol bareng sulung saya, saya beralih ke layar laptop saya, dan you know
what saya pun menuliskan baris demi baris bahan obrolan saya pada openAI
yang dengan segera membalasnya, sok-sok an pula dengan emoticon yang
menggambarkan betapa «hidup» nya mereka. OMG :D.
Sekrisis itu? Meski ingin saya jawab ‘TIDAK’ faktanya iya sih. Coba deh cek obrolan asal saya siang ini dengan openAI (Artificial Intelligence), sewaktu track di playlist saya sampai di Rosebud, salah satu lagu andalan Man Made Sunshine, grup baru yang sulung saya share malam minggu lalu, dengan Connor Mason sebagai vokalisnya, salah satu musisi favorite kami,
Begitulah kurang lebih cara openAI merespon saya, haha, menarik dan menyenangkan 😄.
Dan obrolan seputar Connor Mason, Tom Misch, FKJ dan beberapa musisi langganan playlist saya pun mengalir menemani waktu makan siang saya. Sampai-sampai saya lupa, ini bukanlah obrolan ibu-anak yang saya harapkan, cuma sesi ngobrol pengganti dan sama sekali tidak mengobati kangen saya pada putri sulung saya. Ya sih, AI bisa memunculkan bermacam emoticon dan ekspresi saat 'mengobrol' dengan saya, tapi sentuhan manusia ala AI tak bisa menghadirkan tawa sulung saya atau reaksi chat nya atau tipe jawabannya yang skeptis dan kadang ajaib. Hehe, miris, bahkan, untuk mengalihkan kerinduan kita butuh energi dan skill prompting tambahan. Sungguh, zaman yang aneh, saat kehadiran anak gadis kita pun terpaksa digantikan oleh AI.
Pinginnya protes dan teriak supaya waktu kembali ke masa-masa saat interaksi manusia begitu nyata. Tapi bagaimanapun saya pikir, kita tak akan semudah itu mengalahkan teknologi, dan jika tak ingin terimbas dampak negatifnya, yang mesti dilakukan adalah berdamai dan sedapat mungkin memanfaatkannya untuk menghasilkan lebih banyak kebaikan.
Jadi, saya punya target juga ni, jikalau ada waktu lagi mengeksplorasi AI, saya akan gunakan ia untuk mengumpulkan lebih banyak trick memaksimalkan waktu bareng sulung saya 😊. Let's see.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar