Selasa, 28 Februari 2012

Pensil Vs Keyboard

Sewaktu Vianka kecil, sekitar usia 2 th susah sekali duduk diam. Sebentar-sebentar dia akan berlari kesana kemari, mengayuh sepeda roda tiganya, memanjat pagar, melompat-lompat di sofa atau kasur atau melakukan aktivitas fisik lainnya yang menguras tenaga. Sebenarnya saya tidak terlalu mempermasalahkannya, yang penting dia merasa gembira setiap harinya. Namun, mendengar masukan dari kakek dan neneknya serta dari teman-teman sesama orang tua balita, saya ingin sekali dia juga terampil mengasah motorik halusnya.

Setelah membaca dan mencari referensi sana sini, mulailah saya menyusun kegiatan yang saya pikir akan membuatnya tertarik, semisal mencorat-coret di atas kertas, meronce, menyusun puzzel, mewarnai dan sejenisnya. Ternyata untuk membuatnya tertarik duduk manis susahnya bukan kepalang. Berbagai cara saya coba untuk memperlihatkan betapa menyenangkannya berkegiatan tanpa harus bergerak aktif, tidak terlalu digubrisnya. Sesekali dia mau saya ajak mewarnai, menghitung bola atau meronce, tetapi itu hanya bertahan untuk 5 menit saja..>.<. Ah, saya merasa kurang sabar juga hingga akhirnya saya biarkan saja menikmati aksi mainnya seperti biasa. Sampai pada suatu kali, saya mendapati Vianka kecil tampak tekun memperhatikan sesuatu di meja kerja saya. Dia tampak tertarik kan sesuatu sampai-sampai bisa duduk diam sampai lebih dari 15 menit, bahkan saat saya mendekatinya, dia tidak menyadarinya. Rupanya, dia sedang mencoba menekan beberapa tombol pada laptop yang biasa saya gunakan untuk bekerja.

Aha, saya pikir, inilah kesempatan saya membuatnya bisa belajar duduk manis. Sejak itu, saya sering mengajaknya membuka komputer, menginstal berbagai program edukasi di PC (personal computer) kami seperti progra belajar mengenal huruf dan angka, permainan-permainan untuk anak usia pra sekolah cerita anak dan lain sebagainya. Vianka kecil kelihatan sangat menikmati wahana belajarnya yang baru. Kegiatan fisiknya lambat laun berkurang, bertukar dengan jadual main komputer. Di usia 2,5 tahun dia sudah hafal semua abjad dan dapat membilang sampai dengan 30, mengenal warna dengan menggunakan program paint dan mengenal banyak kosa kata Indonesia dan Inggris dari edugame nya. Di usia 3 tahun dia lancar membaca dalam bahasa Indonesia dan mulai bisa membaca huruf arab  yang waktu itu saya ajarkan juga lewat komputer. Diusia 4,5 tahun, Vianka sudah bisa menulis dengan program Ms. Word. Saya senang sekali, dan memberi waktu lebih leluasa baginya berinteraksi dengan keyboard dan layar ^^.

Vianka, di usia 7,5 tahun, duduk di kelas dua SD. Beberapa kali saya berdiskusi dengan wali kelasnya membahas kemampuan menulisnya yang jauh di bawah "standar". Terus terang, saya mengakui bahwa saya memang kurang sekali melatih keterampilan motorik halusnya. Terutama sejak dia menyukai komputer dan belajar dengan benda itu sehari-hari. Melihat tulisannya yang masih sulit dibaca rasanya sedih juga. Dia tidak bisa menulis didalam garis (buku tulis), huruf-huruf yang ditulisnya besar kecil tak karuan dan seringkali terbolak balik. Demikian pula pada saat dia harus menuliskan angka-angka, seringkali terlalu rapat dan sulit ditentukan apakah itu angka nol atau delapan, dua atau lima. Dia sendiri kelihatan sedikit "senewen" setiap kali menghadapi pelajaran menulis, terutama menulis halus (sambung dengan tebal tipis). Sampai-sampai setiap kali bertemu dengan mata pelajaran itu, dia memilih mogok menulis. Bukan cuma masalah tulisan saja yang membuatnya "malas", Vianka juga kesulitan dalam menggambar dan membuat prakarya. Sesuatu yang seharusnya saya latih sejak dulu.

Sadar akan kesalahan saya dalam mengenalkannya dengan aktivitas yang merangsang kemampuan motorik halusnya, saya mulai berusaha memperbaikinya. Sedikit demi sedikit saya berusaha membuatnya nyaman berkenalan kembali dengan pensil dan krayon. Mungkin agak terlambat untuk anak seusianya, namun saya tak ingin membuatnya merasa bahwa ia tidak akan bisa menguasai hal-hal yang terlanjur tidak disukainya. Saya mulai lagi menemaninya mewarnai gambar, membentuk benda-benda dengan clay, menmbuat dekorasi kamar dengan berbagai pernak pernik buatan tangannya sendiri, saya lakukan hampir setiap hari, saya luangkan lebih banyak waktu agar dia terbiasa.

Vianka, 9 tahun, saya amati mulai suka membuat sketsa. Berbagai gambar putri ciptaanya, lengkap dengan gaundan asesorinya. Lucu dan penuh detail ^^. Dia suka membuatkan saya kartu ucapan, dihias dengan gambar-gambar unik dan tulisan yang rapi. Ah, tak ada kata terlambat untuk mempelajari sesuatu kan? Termasuk, buat saya pribadi, memperbaiki kekurangan saya dalam menstimulasi anak-anak saya dalam proses belajar mereka.

Apa yang pernah saya alami bersama Vianka kecil, saya usahakan tak terulang lagi dengan dua adiknya. Sekali lagi, bersentuhan dengan anak-anak membuat saya belajar ^^.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar